Saturday, May 28, 2011

Footraffic dan Sampah

Sabtu, 28 Mei 2011

Footraffic yang diwakili oleh saya, Lukas, dan Vista datang ke daerah Mancasan, Wirobrajan. Tujuan kami ke sana untuk membersihkan sampah di lahan Hutan Pangan Cultural Centre. BSS. Bukan Sembarang Sampah. Lahan seluas dua hektar itu sebagian diisi oleh timbunan sampah setinggi kurang lebih empat meter. Bayangkanlah jika kamu melihat tumpukan sampah setinggi itu. Kami hanya bisa menghela nafas. Sebelum diceritakan lebih lanjut seputar pengalaman membersihkan sampah, saya akan menceritakan bagaimana footraffic bisa terlibat di situ.

Semua berawal dari aksi SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) saya kepada salah satu penggiat JSN, Frater Biru Kira. JSN adalah Joint Society For Nature, salah satu komunitas pecinta lingkungan (coba cek www.cardonerjsn.com). Atas anjuran salah seorang teman, Mbak Anne Shakka, saya menghubungi frater Kira lewat facebook. Setelah itu, kami saling mengenalkan komunitas kepada satu sama lain. Nah, ajakan-ajakan berikutnya berupa mengikuti rapat JSN dengan Yayasan Hutan Pangan tentang strategi pembersihan sampah dan terjun langsung membersihkan timbunan sampah tersebut. Itulah cerita awal bagaimana footers dapat berada di tumpukan sampah-sampah.
Hari ini ada 21 orang yang turun ke lapangan. Kedua puluh satu orang tersebut kebanyakan berasal dari komunitas JSN, tiga dari footraffic, dan sisanya dari Yayasan Hutan Pangan. Pemungutan sampah dimulai pada pukul 07.30 hingga 12.00 dengan diselingi beberapa kali istirahat. Kami memungut sampah satu per satu dan mengumpulkannya dalam karung. Sampah basah dan kering tidak dipisahkan. Sampah besi dan kaca saja yang dipisahkan ke dalam keranjang-keranjang bambu. Tim footraffic berhasil mengumpulkan sepuluh karung. (Yeeeee!!!)

Perlengkapan yang harus dipakai, yaitu celana panjang, baju berlengan panjang, sepatu kets (yang alas bawahnya karet lebih baik), masker, topi, dan sarung tangan tebal. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari tercucuk besi maupun hal-hal yang tidak diinginkan.

Pukul 12.00 tepat saat adzan berkumandang, kami berhenti bekerja dan mencuci tangan. Kami bersiap makan tetapi terlebih dahulu kami mengadakan evaluasi untuk kerja hari ini. Evaluasi diakhiri dengan tepuk tangan atas keberhasilan kami menyingkirkan sampah dari tempat itu untuk selanjutnya diangkut truk pertugas kebersihan. Makanan telah disediakan oleh warga sekitar. Nasi satu baskom besar, tempe sambal kering, mi goreng, telur dadar, serta kerupuk menjadi lahapan kami siang itu. Setelah selesai makan, kami berbincang-bincang sejenak. Bahan perbincangan habis, maka lewat pukul satu footraffic beranjak pulang ke arah utara tentunya karena di ujung utaralah tempat tinggal saya, Lukas, dan Vista berada.

Refleksi :

Kita dapat menemukan arti sehatnya lingkungan dari lingkungan yang buruk. Sungguh menjengkelkannya melihat alam yang harusnya asri begitu kotor hingga cacing pun enggan untuk tinggal di sana. Kita hanya perlu berkomitmen untuk mencintai alam dan lingkungan serta membersihkannya dari segala sampah apapun.

Jika hal itu sudah terwujud, kita akan lebih dapat menikmati perjalanan footraffic karena footers berjalan menjejak bumi, menghirup udara, dan melihat setiap pemandangan yang ada. Footers peduli dan menjaga lingkungan maka footers berhak menginjak bumi dengan nyaman, menghirup udara bersih dengan bebas, serta melihat pemandangan indah di setiap episode perjalanan footraffic.
Ayo, buat komitmenmu sendiri dan jalankan komitmen itu!
(Sungguh, membersihkan sampah ini tidak sesulit dan mengerikan seperti bayangan awal saya).

--Mengakrabkan diri dengan sarung tangan oranye, bercengkrama dengan para sesampah, dan bertengkar dengan matahari karena ketidakkonsistenannya—

ica-footers